Bacaan Alkitab:

Lukas 9:51-62

Kehadiran Yesus menjadi sebuah angin segar bagi para murid dalam konteks keadaan politis yang tidak baik-baik saja saat itu. Kehadiran Sang Guru yang mengajar, mendampingi, mendukung dan melindungi para murid menjadikan banyak orang rindu menjadi bagian dari para murid Yesus tersebut. Namun menarik, penulis Injil Lukas tampaknya dengan sengaja ingin menunjukkan bahwa untuk menjadi murid Yesus bukanlah sebuah hal yang mudah.

Yesus memberikan standar yang tinggi bagi mereka yang ingin menjadi pengikut-Nya. Standar itu adalah diri-Nya sendiri. Bagi Yesus, menjadi seorang murid, haruslah bersedia memberitakan kasih dan damai sejahtera Allah dalam segala keadaan. Hal tersebut terlihat dalam respons Yesus ketika Ia menegur para murid ketika mereka kesal karena mendapat penolakan dari orang-orang Samaria (ay. 53-56). Yesus melakukannya karena Ia ingin hadir dan menawarkan kasih serta damai sejahtera bagi orang-orang yang menolak-Nya.

Bagi Yesus, hadir dan menawarkan kasih serta damai sejahtera tidak bisa secara instan dapat dilakukan oleh mereka yang ingin mengikut Yesus. Itulah mengapa Yesus mencoba memaparkan hal-hal yang perlu dilakukan oleh mereka yang ingin menjadi pengikut-Nya dalam percakapan-Nya bersama dengan tiga orang yang Ia temui di tengah perjalanan-Nya (ay. 57-62). Bagi Yesus, menjadi pengikut Kristus harus bersedia untuk:

  • (ay.58) Keluar dari zona nyamannya dan menjadikan Tuhan sebagai pandu kehidupannya;
  • (ay.60) Mampu menentukan prioritas ketika diperhadapkan dengan beragam pilihan hidup;
  • (ay.62) Mempunyai motivasi yang kuat untuk taat menjalankan keputusannya.

Yesus mendemonstrasikan sebuah keteguhan dan keberfokusan hati pada visi Allah yang telah mengutus-Nya, dalam berbagai tindakan yang Ia lakukan di kehidupan-Nya. Ia ingin segenap umat Allah meneladani segala sesuatu yang telah Ia lakukan itu. Lantas, maukah kita memberikan diri seutuhnya pada Kristus untuk memberitakan kasih dan damai sejahtera Allah dalam segala keadaan?

(LIML/26062022)