Lebih daripada sekadar sebuah tata ibadah, Liturgi itu sendiri merupakan sebuah perjumpaan dialogis antara Allah dengan umat yang diawali dengan pernyataan tentang Allah yang berbicara kepada umatNya (Katabatis), dan bermuara pada respon umat atas suara Allah (Anabatis). Dalam Liturgi GKI, pola dialog antara Allah dengan umat dapat digambarkan melalui bagan empat ordo (rumpun) ibadah berikut:

Pola ibadah empat rumpun ini disebut “Fourfold Liturgy” atau Liturgi dengan empat struktur utama yang masing-masing memiliki unsur-unsur pendirinya :

  1. Liturgi Pembuka (Berhimpun, Votum dan Salam, Kata Pembuka/Doa Pembuka, Doa Pengakuan Dosa, Berita Anugerah)
  2. Liturgi Firman (Doa Epiklese, Pembacaan Alkitab, Kotbah, Saat Hening, PIR, Doa Syafaat)
  3. Liturgi Syukur (Persembahan, Perjamuan Kudus)
  4. Liturgi Penutup (Pengutusan dan Berkat)

Karena sifatnya yang dinamis dan dialogis, itu sebabnya dalam istilah lain, “Liturgi” disebut juga dengan “Drama-turgi” atau sebuah perjumpaan antara Allah dan umat yang “dilakonkan” lewat nyanyian, doa, litani, pembacaan sabda, komuni, dan gestur-gestur liturgis lainnya.

1. Panggilan Beribadah

Panggilan beribadah menegaskan bahwa ibadah terjadi karena undangan dari Allah, yang berinisiatif untuk berdialog dengan manusia. Panggilan beribadah merupakan suatu peristiwa di mana umat datang dan berkumpul dalam persekutuan bersama Allah dan sesama manusia.

2. Votum dan Salam

Votum merupakan sebuah keterangan khidmat yang membedakan ibadah dengan pertemuan lain. Votum adalah sebuah pernyataan bahwa pertemuan ibadah berlangsung “dalam nama Tuhan” (Kolose 3:17) atau “Allah Tritunggal” (2 Korintus 13:14). Sekali lagi, bukan manusia yang berinisiatif atas sebuah ibadah, melainkan Tuhan sendiri. Umat menyambut Votum dengan mengucapkan “Amin.” Pelayan Liturgi kemudian menyampaikan salamnya kepada umat dengan kalimat, “Damai Tuhan besertamu” atau “Damai Tuhan beserta kita”. John Calvin (tokoh reformasi gereja abad XVI) memulai kebaktian pemberitaan Firman dengan sebuah kutipan dari Mazmur 124:8.

3. Doa Pembukaan/Kata Pembuka

Doa pembukaan (invocation) merupakan doa permohonan kepada Tuhan yang menghantarkan umat kepada hadirat Tuhan. Doa ini juga berisi permohonan untuk pimpinan, tuntunan, sentuhan, serta petunjuk Tuhan.

Doa dalam Liturgi Minggu pada dasarnya adalah doa komunal (public praying), bukan doa pribadi (personal praying). Oleh karena itu pemimpin atau pelayan liturgi bukanlah sekadar berdoa untuk umat, tetapi memimpin umat dalam berdoa. Doa dinaikkan dengan sederhana, namun dengan pemilihan kata yang baik dan dapat dimengerti umat.

…aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; …

1 Korintus 14:15 TB

Kata Pembuka memuat petunjuk tentang tema yang berhubungan dengan tahun liturgi atau penekanan khusus lainnya. Misalnya penekanan tema Alkitab, acara-acara tertentu di gereja lokal maupun tujuan-tujuan lainnya, atau membacakan nas pendahuluan yang diambil dari bacaan pertama atau Mazmur tanggapan menurut panduan leksionari pada Minggu terkait.

4. Pengakuan Dosa

Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, pengakuan dosa ditandai dengan imam yang membacakan bagian Mazmur 43. Tradisi gereja-gereja reformasi melanjutkan pengakuan dosa dengan pengampunan di dalam ibadah. Rumusan/teologi pengakuan dosa antara lain terdapat dalam Mazmur 25, 51, 130; Yesaya 59:12-13; 63-64; Daniel 9; Roma 7. Pengakuan dosa ini biasanya berupa doa pengakuan dosa. Pengakuan dosa diawali dengan doa umat yang dipimpin oleh pelayan liturgi, kemudian umat diberikan kesempatan untuk menaikkan doa secara pribadi atau sebaliknya.

5. Berita Anugerah

Setelah doa pengakuan dosa oleh umat maka pelayan liturgi menyampaikan pengampunan dari Allah dalam bentuk berita anugerah. Berita anugerah merupakan pernyataan anugerah dan pengampunan dosa terhadap umat yang didasarkan pada karya penebusan Kristus di atas kayu salib. (lihat Mazmur 103; Efesus 2:4-7; Roma 5:1-5; Yohanes 3:16)

6. Salam Damai

Salam damai dilakukan sesudah berita anugerah. Dasar teologisnya adalah tindakan rekonsiliasi dengan sesama, sebagaimana Allah telah mengampuni kesalahan kita dan umat telah diperdamaikan dengan Allah. (2 Korintus 5:20) Dengan melakukan salam damai, umat juga menunjukkan dan sekaligus juga mengakui pentingnya sikap keramahtamahan (hospitality) dalam sebuah ibadah Kristen.

7. Doa Pelayan Firman

Pembacaan Sabda Tuhan didahului oleh doa pelayanan Firman, yaitu permohonan akan pertolongan Roh Kudus, agar Firman yang hidup itu dapat dimengerti, dihayati, dan dilakukan umat dalam kehidupannya sehari-hari (Lukas 11:28). Doa ini menjadi penting karena ia menunjukkan kesadaran manusia akan kelemahan dan keterbatasannya untuk menerima kebenaran Firman Tuhan.

8. Pelayanan Firman

Inti pelayanan Firman adalah kisah Allah yang berkarya di dalam dan sepanjang sejarah dunia, hingga menuju kepada pembaharuan seluruh ciptaan. Dalam tradisi gereja-gereja reformasi, pelayanan firman mendapat perhatian utama di samping pelayanan sakramen. Itulah sebabnya simbol liturgis “Alkitab yang terbuka” menjadi salah satu simbol terpenting dalam ibadah umat.

Demikian pula prosesi atau arak-arakan Alkitab yang dibawa oleh penatua dan diserahkan kepada pendeta pada liturgi panggilan di awal ibadah menegaskan akan hal ini. Saat penatua menyerahkan Alkitab kepada pendeta, tersirat makna kepercayaan yang diberikan oleh penatua sebagai representasi Majelis Jemaat yang merupakan penyelenggara/penanggungjawab ibadah, kepada pendeta yang bertugas.

9. Doa Syafaat

Doa syafaat (“sofetim,” bahasa Ibrani) adalah doa umat bagi pergumulan dunia. Umat memohon pengasihan dan pemulihan Allah agar dunia yang tercemar dapat dipulihkan, keadilan Allah ditegakkan, serta kasih-Nya dinyatakan di tengah-tengah dunia. Teologi doa syafaat berasal dari kitab Hakim-hakim. Hakim-hakim adalah orang-orang yang diangkat oleh Allah untuk mengantarai hubungan yang retak antara umat Israel dengan Allah karena penyembahan berhala. Allah yang murka, membiarkan umat Israel ditindas bangsa-bangsa lain. Hakim-hakim adalah para juru syafaat, yang mendamaikan manusia dengan Allah dan membebaskan umat Allah dari penindasan bangsa-bangsa lain.

10. Pelayanan Persembahan

Pelayanan persembahan adalah pengucapan syukur umat atas karya penebusan Kristus yang dinyatakan melalui pemberitaan Firman Tuhan. Pelayan Liturgi juga menghimbau umat untuk tidak sekedar memberikan materi, tetapi juga mempersembahkan diri mereka sebagai ungkapan syukur yang sejati kepada Tuhan (Roma 12:1).

11. Pengutusan dan Berkat

Bagian ini menyatakan pengutusan terhadap umat untuk pergi dan melayani sebagai saksi-saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Umat diajak untuk mengarahkan hatinya kepada Tuhan, sebagai saksi-saksi Kristus yang berkomitmen dengan tugas panggilan-Nya untuk menyatakan pekerjaan-pekerjaan Allah di tengah dunia melalui karya umat sehari-hari. (Matius 28:19-20, Kisah Para Rasul 1:8). (ACS)


Aditya Christo

Pendeta GKI dengan basis pelayanan di GKI Manyar Surabaya.